Isnin, 4 April 2011

AKU DITIMPA MUSIBAH




    telah berbulan aku dan keluarga ditimpa musibah...namun kami terus jua melangkah perit dalam menghadapi dugaan hidup ini. sesungguhnya ini adalah ujian dari Allah untuk kami sekeluarga...kami redha
    namun musibah menjadi lebih parah, akibat aib keluarga dicanang oleh pihak yang tidak bertanggungjawap... bertambah remuk hati dan perasaan,malu......


YA ALLAH BERIKANLAH KAMI KEKUATAN

Ketika ditimpa musibah, manusia terbagi menjadi empat tingkat:

Tingkat pertama: Bersikap marah. Sikap marah ini terbagi menjadi beberapa macam:
Pertama: Hatinya marah kepada Tuhannya dan mencela takdir Allah yang ditetapkan kepadanya. Tindakan semacam ini haram hukumnya dan kadang dapat menyebabkan kepada kekafiran. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (Qs. Al-Hajj: 11)
Kedua: Lisannya marah kepada Allah, sehingga dia mengumpat dan berkata cela tatkala berdoa dan sebagainya. Tindakan semacam ini juga haram hukumnya.
Ketiga: Marah dengan anggota badannya, seperti memuluk pipi, merobek pakaian, terlalu bersedih, dan sebagainya. Semua ini juga haram hukumnya karena bertentangan dengan kesabaran yang diwajibkan.
Tingkat kedua: Bersabar. Seperti yang dikatakan penyair:
Sabar seperti namanya, pahit rasanya
Tetapi akibatnya lebih manis daripada madu
Kelihatannya, tindakan semacm ini berat dilaksanakan, tetapi akan menjadikannya tabah dan kelihatannya susah dilaksanakan tetapi keimanannnya akan menjaganya dari kemarahan. Bagi orang seperti ini, musibah terjadi atau tidak sama saja, karena menurutnya, semua itu telah ditakdirkan dan pasti akan terjadi. Maka dari itu Allah memerintahkan agar bersabar sehingga berfirman:
“Dan bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”(Qs. Al-Anfaal: 46)
Tingkat ketiga: Ridha.
Orang semacam ini ridha terhadap musibah yang menimpanya. Menurutnya, ada dan tidaknya musibah itu sama saja. Keberadaannya tidak menyebabkannya susah dan tidak memikulnya dengan berat. Tindakan semacam ini hukumnya sunnah bukan wajib menurut pendapat yang rajih. Perbedaan antar tingkat ini dengan tingkat sebelumnya jelas; karena adanya musibah dan tidak adanya sama-sama ridha menurut tingkat ini, sedangkan pada tingkat sebelumnya, musibah itu sulit baginya tetapi dia bersabar atasnya.
Tingkat keempat: Bersyukur.
Bersyukur merupakan tingkat yang paling tinggi yaitu bersyukur kepada Allah atas musibah yang menimpanya, karena dia tahu bahwa musibah itu menjadi sebab penghapusan dosa dan sebab penambahan kebaikannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak ada musibah yang menimpa seorang Muslim kecuali dengan-Nya Allah menghapus dosanya, walaupun hanya tertusuk duri.” (Muttafaq’Alaih)
Sumber: Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007
 

Doa Apabila Ditimpa Musibah



·         sebuah doa yan dibaca oleh baginda Nabi SAW ketika ditimpa musibah. Semoga mendapat manafaatnya ('',)

 HR. Abu Dawud 3/190, dan lihat Shahihul Jami’


 إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ، اَللَّهُمَّ أُجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ


خَيْرًا مِنْهَا 

“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Allaahumma’jurni fii mushiibatii wakhluflii khairan minhaa ”
“Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah, berilah pahala kepadaku dan gantilah aku dengan yang lebih baik (dari musibah ini).” (HR Muslim 2/632).
Doa ini disebut doa istirja’ yang artinya: mengucapkan “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Doa ini dibaca ketika kita ditimpa musibah, supaya kita diberi pahala dan pengganti yang lebih baik dari musibah tersebut. Doa istirja’ ini diambil dari hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Ummu  Salamah radhiyallahu anha, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Seseorang yang tertimpa musibah lalu ia berkata: inna lillahi wa inna ilaihi raji’un dan berdoa: Allahuma jurnii fi musibatii wakhluf liya khairan minhaa (Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan gantikanlah untukku dengan yang lebih baik daripadanya). Niscaya Allah akan memberinya pahala karena musibah itu dan menggantikan untuknya dengan yang lebih baik” (HR Muslim 2/632).
Salah satu hikmah musibah yang dialami oleh seorang mukmin, baik yang besar atau kecil, adalah sebagai penghapus dosa-dosa -selain dosa syirik-, supaya kelak ia menghadap Allah dalam keadaan bersih dari dosa yang pada akhirnya akan dimasukkan surga oleh Allah Ta’ala.

Agar musibah yang menimpa seorang mukmin dapat menjadi penghapus dosa bahkan menjadi pahala dan menggantikan musibah itu dengan sesuatu yang lebih baik, Allah Ta’ala memberikan tuntunan dalam surat Al-Baqarah 156-157: “Orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan: “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un (Sesungguhnya kami ini milik Allah dan kami akan kembali kepada-Nya). Mereka itu mendapatkan shalawat (pujian) dan rahmah.


"Ya Allah berilah aku pahala dalam musibah ini dan gantikanlah untukku dengan yang lebih baik daripadanya"

dan untuk orang2 yang suka mencanang aib saudaramu yang lain,biar Allah sahaja yang memberi pembalasan

AMIN......................

Tiada ulasan:

Catat Ulasan